Jumat –
Minggu tgl 8 – 10 Juni kemarin, saya mengikuti “Live in” yang diselenggarakan
oleh seksi panggilan Parroki St. Clara. Pesertanya hanya 5 orang. Kenapa hanya
sedikit? Karena waktunya bertepatan dengan ulangan kenaikan kelas. Jadi, hanya
kls 6 SD dan kls 3 SMP yang bias mengikuti Live in kloter pertama ini.
Pada hari
Jumat tgl 8 Juni, pukul 2 siang, kami berlima plus orang tua dan Pak Ernest
berkumpul di kapel Asri. Sebelum berangkat, kami berdoa bersama dahulu untuk
meminta keselamatan dalam perjalanan. Perjalanan Bekasi – Tanjung Priok yang
sekiranya membutuhkan waktu setengah jam, ternyata molor menjadi satu setengah
jam yang diakibatkan kemacetan oleh truk-truk pabrik.
Saat mobil
berhenti, saya bingung “Kenapa berhenti di depan rumah bersalin?”. Ternyata
biaranya ada di belakang rumah bersalin. Haha… Suasana biara saat kami sampai
sepi sekali. Kami hanya disambut seorang suster. Kata suster itu, suster-suster
yang lain sedang pergi untuk menonton Soegija. Ahaha… Suster nggak mau
ketinggalan juga. Lalu, kami berlima diantar ke kamar kami yang bernomor 13,
yang letaknya hamper di seberang kapel. Berhubung suster yang menyambut kami
ingin pergi menonton juga, kami ditinggal di biara dan diperbolehkan
berkeliling melihat-lihat.
Malam
harinya, Sr, Mikael mengunjungi kamar kami. Kami berbincang-bincang dengan Sr.
Mikael, mulai dari nama, tempat tinggal, sekolah, dll. Suster juga menceritakan
masa kecilnya, dan prosesnya menjadi suster yang katanya ditolak berkali-kali
karena umurnya waktu itu masih muda. Suster juga menjelaskan tentang kegiatan
dan tugas kami esok harinya.
Waktu
menunjukkan pukul 10 lebih, tetapi tidak satupun dari kami yang bias tidur.
Saat ada yang mencoba tidur, yang lain mulai meledek, sehingga tidak ada yang
tidur. Ditambah lagi udara yang panas dan nyamuk yang tiada habisnya, kami
hanya ditemani sebuah kipas kecil. Sehingga, kami menghabiskan waktu malam kami
dengan mengobrol.
Sekitar
tengah malam, saya mulai merasa lapar. Saya mengajak teman-teman yang lain
untuk mengambil kue dorayaki (sebenarnya pancong) di ruang makan yang berjarak
2 kamar dari kamar kami. Saat pintu dibuka, suasana gelap dan sepi membuat kami
takut. Ternyata, perjuangan mengambil dorayaki ini tidak mudah. Berkali-kali
kami keluar masuk dan berteriak ketakutan. Sampai akhirnya keberanian kami
terkumpul dan kami berhasil bekerjasama mengambil kue itu. Akhirnya, kami mulai
mengantuk, dan pukul 2 pagi kami baru bias tidur.
Pukul 3
kurang, saya terbangun dan melihat 2 teman lain sudah bangun dan sedang memburu
nyamuk. Sementara 2 lainnya masih tidur tanpa memperdulikan nyamuk di badannya.
Setelah semuanya bangun, kami bergiliran mandi dan mengikuti ibadat pagi.
Setelah
ibadat pagi selesai, kami buru-buru ijin pergi ke Alfamidi untuk membeli obat
nyamuk dan beberapa snack. Tetapi saat kembali, ternyata waktu sudah
menunjukkan pukul 7 dan kami terlambat mengikuti doa sebelum bekerja. Dan
jadilah kami pergi ke pos kami masing-masing. Ada yang di dapur, di dapur cuci / was, di
kamar jahit, di kebun, dan rumah tangga. Yang di dapur, tugasnya membantu
memotong-motong sayuran. Yang di dapur cuci, tugasnya mencuci dan menyetrika
pakaian. Yang di kamar jahit, tugasnya menerima telepon. Tetapi, karena jarang
ada telepon, dia membantu membersihkan kapel. Yang di kebun, tugasnya membantu
Sr. Mikael untuk menyiram dan mengurus tanaman. Dan saya di rumah tangga,
tugasnya menyapu, mengepel dan membersihkan biara. Saya diajari cara
membersihkan wastafel, mengelap lemari, dan cara mengepel yang benar. Yang unik
di sini, pel yang digunakan berbeda dengan pel di rumah. Pelnya berbentuk
gagang T terbalik dan disangkutkan kain di gagang itu.
Pukul 9,
waktunya istirahat dan snack. Badan saya lelah sekali, mau putus rasanya. Kami
berlima berkumpul kembali dan makan snack & the bersama dengan pembimbing
kerja kami. Snacknya terbuat dari singkong dengan kacang yang dibentuk bulat.
Selesai makan, kami kembali ke pos masing-masing untuk melanjutkan pekerjaan.
Sebenarnya, badan saya sudah lelah dan ingin langsung tidur, tapi belum
waktunya berhenti bekerja.
Pukul 11.30
saya sudah lelah sekali. Dan sehabis mengepel tangga, saya meminta minum. Lalu,
saya diajak pergi. Tapi saat melewati kamar, teman-teman yang lain sudah ada di
kamar. Jadi, Mbak Elis menyuruh saya istirahat. Baru saja saya berbaring
sebentar, Sr. Mikael dating ke kamar kami. Suster menyuruh kami menulis
kegiatan kami hari ini di ruang rekreasi, padahal saya belum sempat istirahat.
Saya sempat tidak menurut, tapi akhirnya saya ikut juga.
Sehabis
dari ruang rekreasi, kami makan siang. Lalu kembali ke kamar kami dan
istirahat. Karena kelelahan, kami semua tertidur cukup lama. Setelah bangun,
kami bergantian mandi.. Lalu, kami pergi ke kapel untuk mengikuti ibadat sore,
kompletorium, dan kapitel penyadaran. Setelah itu, kami kembali ke kamar kami.
Dan malam ini, kami berhasil tidur dengan nyenyak, karena kipas angina sudah
diganti, dan obat nyamuk sudah dinyalakan.
Esok
harinya, kami bangun pukul 4. Lalu kami mandi bergantian. Setelah itu, kami
berterima kasih kepada Sr. Yosetta dan suster lainnya. Karena semua suster akan
pergi ke Bekasi. Setelah itu, kami berlima pergi ke gereja Salib Suci bersama
Sr. Xaveria dan orang susteran. Baru pertama kali saya lihat, gerejanya indah.
Susasananya adem dan alami. Tapi anehnya, di sana banyak nyamuk dan kami semua kedinginan.
Setelah
pulang dari gereja, kami berlima diajak berkeliling ke Rumah Bersalin, Klinik,
dan sekolah Marsudirini. Sesudah itu kami makan siang sementara Pak Kiefam
sudah datang untuk menjemput kami. Kemudian kami berpamitan dan pulang.
Kesan saya,
sebenarnya nggak enak, tapi tetap saja berkesan. Yang saya tidak sukai adalah
nyamuk dan kipas kecilnya. Tetapi, saya suka dengan makanannya dan
orang-orangnya yang ramah. Terima kasih kepada Sr. Yosetta, Sr. Mikael, Sr.
Xaveria, dan suster yang saya tidak ketahui namanya. Juga kepada Bu Sri dan
Mbak Elis yang membimbing saya mengerjakan tugas rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar